Kehadirannya bagaikan sihir yang membuat semua gadis tidak mengedipkan mata. Orangnya tenang dan sedikit bicara. Dari raut wajahnya saja orang pasti tahu apa yang dia maksudkan. Senyum yang simple itulah yang membuat orang ingin terus memandangnya menantikan senyuman yang begitu tulus. Hari pertama sangatlah menyenangkan tidak seperti yang di katakan kak Theo. Hari pertama belajar di sekolah adalah hari yang sangat membosankan karena guru-guru pasti belum akan mengajar. Tapi lain halnya dengan ini, walaupun masih dalam tahap pengenalan kelas tidak terasa membosankan. Aneh. Padahal aku orangnya tidak suka dengan yang namanya perkenalan kelas pertama, yang aku inginkan hanya belajar.
“Pak guru orangnya ganteng ya?”Semua berkomentar demikian. Wajah bukanlah yang utama, tapi entah kenapa seperti ada hal lain yang menjadikan Pak Michael sebegitu menarik. Dari gayanya berpakain terlihat dia begitu sederhana, dan aku tahu itu bukanlan tipe dari gank centil yang hobinya menggoda cowok yang menurut mereka selevel dengan meraka. Aku tak menyangka aku akan satu sekolahan lagi dengan gank centil itu, aku bosan melihat muka ketiga gadis sok cantik itu.
Minggu pertama sekolah Pak Michael menjadi topik yang hangat di kalangan para siswi kelas satu. Yang ku dengar tak hanya digandrungi siswi kelas satu tapi seantero sekolahan pun nge-fans dengan guru yang satu ini. Tapi aku yakin, aku akan dekat dengan Pak Michael. Dia adalah guru mata pelajaran matematika dan itu adalah mata pelajaran favoritku. Siapa sih yang tidak mengenal aku? Wantika Lestari, peraih siswa teladan se-provinsi waktu SD dan SMP, runner-up olimpiade matematika tingkat nasional. Dari awal perkenalan dengan Pak Michael pun, trio gank centil sudah mulai mendekatiku karena meraka yakin aku pasti akan dekat dengan guru yang ganteng itu.
“Tika, kamu tahu Pak Michael di mana?” tiba-tiba Stella duduk di sampingku dan mengganggu konsentrasiku. Aku sedang membaca buku kimia, setelah istirahat selesai tiba saatnya aku akan bergelut dengan kimia dan aku tidak ingin aku tidak siap saat Bu Melinda masuk kelas.
“Memangnya aku pengasuhnya?” aku malah balik bertanya tanpa menoleh ke arah kepala gank centil itu. Aku yakin mereka akan membuntuti Pak Michael.
“Biasanyakan kamu tahu.” Stella pergi setelah menutup paksa buku kimiaku. Menyebalkan orang itu, sehari saja dia tidak menggangguku aku sangat bersyukur.
***
“Eh teman-teman, aku punya hot news sekaligus bad news buat cewek-cewek!” Marco datang dengan nafas masih ngos-ngosan dan langsung naik ke salah satu kursi terdekat yang bisa diraihnya.
“Aku dengar gosip dari kakak-kakak kelas, katanya Pak Michael akan menikah.”
“Haaaaaahhh!!!!!!!!!” serempak cewek-cewek mau pun cowok-cowok yang ada di kelasku berteriak.
Apa??? Pak Michael akan menikah? Dengan siapa? Apa aku kurang pantas untuknya? Selama inikan aku sudah begitu baik dan perhatian. Bahkan dengan terang-terangan aku mengungkapkan perasaanku walaupun aku mengatakannya dengan bercanda. Ya Tuhan, siapakah gadis yang beruntung itu?
Hari ini terasa tidak begitu menyenangkan, hampir semua siswi di sekolahan terlihat kurang semangat termasuk aku. Bahkan mungkin yang paling tidak bersemangat adalah aku. Pelajaran-pelajaran hari ini tidak bisa aku ikuti dengan baik. Kak Theo menjemputku hari ini kebetulan hari sabtu dan dia mau ajak aku belanja. Dia sudah menungguku di depan sekolah dan sepanjang perjalanan ke mall aku tak bicara.
“Kamu kenapa Tika?” seperti biasa kak Theonaku tersayang selalu berbicara lembut.
“Patah hati” jawabku asal.
“Memangnya patah hati sama siapa? Bukannya selama ini kamu tidak pernah cerita ke kakak kalau kamu suka cowok?”
“Sudahlah kak, jangan ngomongin itu lagi. Ngomong-ngomong kenapa kakak mau ajak aku belanja? Kan kakak belum gajian?”
“Sebentar malam ada undangan makan malam.”
“Dari siapa?”
“Sebentar kamu juga tahu.”
***
Kami sekeluarga diundang makan malam, katanya dari teman lama papa dan mama. Entahlah tapi itu pasti akan sangat membosankan karena mereka pasti akan bernostalgia, dan aku pasti akan ditelantarkan. Sedangkan kakak pasti sangat suka dengan cerita karena dia suka menulis cerpen. Tapi aku heran, hanya makan malam saja kami harus berpakain sangat rapi dan formal seperti mau ke pesta saja.
Saat tiba di rumah teman papa dan mama, terdapat beberapa mobil. Oh sepertinya ini acara reunian, tapi ini akan lebih membosankan. Lebih baik aku pura-pura sakit saja, tapi aku memang sedang sakit ya sakit hati. Saat masuk ke rumah ada lumayan banyak orang yang datang. Semenjak kami masuk ke rumah, kami berempat menjadi pusat perhatian. Ini membuatku salah tingkah, aku… Eh apa aku tidak salah lihat? Kami berjalan menuju kearah sepasang ibu dan bapak beserta seorang cowok yang melemparkan senyum ke arahku. Sepertinya aku kenal…ini susahnya kalau aku tidak menggunakan kaca mata. Tapi…ya aku kenal dia. Pak Michael. Papa dan mama berjabat tangan dengan kedua orang yang ada di samping Pak Michael, sedangkan kak Theona…setelah menyalami dua orang itu langsung digandeng oleh Pak Michael. Jadi? Gosip pernikahan Pak Michael itu benar? Dan gadis yang beruntung itu kak Theona?
“Tika, ini calon tunangan kak Theona.” papa membuyarkan lamunanku.
“Aku sudah kenal kok.” jawabku dingin.
“Iya om, dia murid saya yang paling cerdas.” Pak Michael terus melemparkan senyum kepadaku.
“Maafin kakak ya Tik, kakak nggak cerita ke kamu.” kak Theona membelai rambutku.
“Sebenarnya kami sudah menjodohkan Theona dan Michael sejak kecil, saat diperkenalkan minggu yang lalu mereka sama-sama suka. Jadi untuk apa lagi pertunangannya ditunda.” papa menjelaskan dengan singkat dan jelas.
Malam ini adalah malam kak Theona dan Pak Michael bertunangan. Ini masih membuatku shock tapi apa boleh buat, mereka sama-sama suka. Mungkin Pak Michael hanyalah obsesiku dan aku yakin aku akan menemukan diri Pak Michael di orang lain. Ya Tuhan...guruku, obsesiku.
No comments:
Post a Comment